Jumat, 16 April 2010

Analisis Persaingan antara Giant,Town squere dan Hero Supermarket

ANALISIS PERSAINGAN ANTARA GIANT, TOWN SQURE,
DAN HERO SUPERMARTKET

Supermarket di Indonesia

Persaingan sengit dalam industri ritel telah melanda negara-negara maju sejak abad yang lalu, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Persaingan terjadi terutama antara usaha ritel tradisional dan ritel modern (supermarket dan hipermarket). Namun, menjelang dekade akhir milenium lalu persaingan telah meluas hingga ke negara-negara berkembang, di mana deregulasi sektor usaha ritel yang bertujuan untuk meningkatkan investasi asing langsung (IAL) telah berdampak pada pengembangan jaringan supermarket (Reardon & Hopkins 2006). Reardon et al (2003) menemukan bahwa sejak 2003 pangsa pasar supermarket di sektor usaha ritel makanan di banyak negara berkembang seperti Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Meksiko, Polandia, dan Hongaria telah mencapai 50%. Di Brazil dan Argentina, di mana perkembangan supermarket telah lebih dulu dimulai, pangsa pasarnya mencapai sekitar 60%. Traill (2006) menggunakan berbagai asumsi dan memprediksi bahwa menjelang 2015, pangsa pasar supermarket akan mencapai 61% di Argentina, Meksiko, dan Polandia; 67% di Hongaria; dan 76% di Brazil.Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir 1990-an semenjak kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga. Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah-atas pada era 1980-an dan awal 1990-an (CPIS 1994).

penjamuran supermarket hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses supermarket. Persoalan ini tentu juga dialami di negara berkembang lainnya (Reardon etal 2003; Collett & Wallace 2006). Kendati persaingan antar supermarket secara teoretis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting mengingat supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu. Studi ini menganalisis dampak supermarket pada pasar tradisional dan pengusaha ritel di pusat-pusat perkotaan di Indonesia.

Supermarket pertama di Indonesia dibuka pada 1970-an, dan jumlahnya meningkat dengan pesat antara 1977 dan 1992—dengan rata-rata pertumbuhan 85% setiap tahunnya. Hipermarket muncul pertama kali pada 1998, dengan pembukaan pusat belanja Carrefour dan Continent (yang kemudian diambil alih oleh Carrefour) di Jakarta. Dari 1998 hingga 2003, hipermarket bertumbuh rata-rata 27% per tahun, dari 8
menjadi 49 toko. Kendati tidak mudah memastikan jumlah supermarket dan hipermarket
di seluruh Indonesia, sejak 2003, sekitar 200 supermarket dan hipermarket merupakan milik dari 10 pemilik ritel terbesar (PricewaterhouseCoopers 2004).
Hypermarket Adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat banyak atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contohnya anatara lain hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hypermarket carrefour.
Profil lima jaringan supermarket terbesar di Indonesia Dari kelimanya, jaringan Carrefour kelimanya, jaringan Carrefour dan Superindo menyertakan perusahaan asing sebagai pemegang saham terbesar. Jaringan-jaringan besar ini beroperasi di kota-kota besar di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Tiga dari lima jaringan terbesar membuka supermarket dan hipermarket, Carrefour secara khusus mengoperasikan hipermarket, sedangkan Superindo hanya mengoperasikan supermarket. Selain jaringan-jaringan besar tersebut, terdapat jaringan supermarket yang lebih kecil, terutama yang beroperasi di luar Jakarta dan berfokus di satu wilayah tertentu. Daftar usaha ritel utama didiskusikan di bawah ini, dimulai dari yang tertinggi hingga terendah berdasarkan angka penjualan.
Matahari adalah usaha ritel terbesar di Indonesia, pertama kali membuka tempat belanjanya (department store) pada 1958. Supermarket pertama dibuka pada 1995. Pada 2002, Matahari mendirikan dua entitas bisnis terpisah, yang satu mengelola department store,yang lain mengelola supermarket. Matahari kemudian membuka hipermarket pertamanya, yang diberi nama Hypermart, pada 2004. Nilai penjualan yang tergabung dalam jaringan Matahari pada 2005 mencapai Rp7 triliun (Matahari Putra Prima 2006).
Pada akhir 2005, Matahari telah memiliki 37 supermarket dan 17 Hypermart, dan masih
banyak lagi yang direncanakan di masa depan.
Usaha ritel terbesar kedua adalah yang salah satu yang termuda di Indonesia. Carrefour masuk Indonesia pada 1998, dan menjadi pioner hipermarket di Indonesia bersama dengan Continent, yang diambil alih Carrefour pada 2000. Pada 2004 Carrefour
memiliki 15 hipermarket. Total nilai penjualan pada 2004 mencapai Rp4,9 triliun
(PricewaterhouseCoopers 2004).

Pemain utama ketiga adalah Hero, jaringan supermarket domestik terbesar dan tertua di Indonesia. Jaringan ini mulai beroperasi pada 1970-an, dan pada 2005 Hero telah memiliki 99 supermarket. Saat ini, sekitar 30% saham Hero dikuasai oleh Dairy Farm International (DFI), sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Pada 2002, Hero turut meramaikan “boom” hipermarket di Indonesia dengan membuka Giant, merek
usaha ritel Malaysia yang juga dikuasai oleh DFI. Pada 2004 terdapat 10 hipermarket Giant di Indonesia. Total penjualan yang tergabung dalam Hero pada 2004 mencapai Rp3,8 triliun. (Pricewaterhouse Coopers 2005).
Giant Hypermarket adalah salah satu hypermarket yang berdiri di indonesia di samping hypermart carefur & hypermarket lainnya dan dengan menggunakan konsep franchise (waralaba) yang terdapat di negara Malaysia, Singapur, Brunei Darussalam, UAE dan Indonesia.Perusahaan Giant adalah perusahaan yang dikelola di bawah perusahaan Dairy Farm International Holdings (DFI).

Awalnya perusahaan Giant sendiri didirikan oleh keluarga Teng sebagai suatu toko sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari di pinggiran kota Kuala Lumpur pada tahun 1944. Tujuannya adalah menawarkan beragam produk makanan dengan harga yang se-ekonomis mungkin. Pada akhirnya berkembanglah bisnis Giant tersebut sehingga tercipta reputasi yang baik di mata masyarakat.

Dairy Farm, yang pada akhirnya mengambil alih kepemilikan usaha Giant pada tahun 1999, menemukan bahwa kunci sukses dari berkembangnya bisnis Giant tersebut yaitu keahliannya dalam menambahkan suatu nilai ke dalam produk yang dibeli oleh konsumennya secara berkesinambungan. Keahliannya dalam mengelola prinsip-prinsip utama tersebut pada akhirnya mengubah Giant menjadi merek nasional dan internasional.
Setelah perjuangannya selama 6 tahun, seperti mendesain ulang tokonya, memperkenalkan produk-produk yang bukan makanan di Giant Hypermarket, mengimplementasikan aturan-aturan standar yang berlaku secara internasional seperti keamanan, kebersihan, pelatihan secara terstruktur, dan suasana pembelanjaan yang menarik dan nyaman sebagai tempat tempat pembelanjaan utama dan meningkatkan efektivitas proses dalam bisnis. Dairy Farm telah menjadikan Giant sebagai pemimpin pasar (market leader) di sektor retail Malaysia.

Pada tahun 1999, Giant Hypermarket store untuk pertama kalinya dibuka di Shah Alam, Selangor. Pada tahun 2006, perusahaan tersebut mengalami perkembangan yang sangat signifikan dimana perusahaan tersebut telah membuka 86 hypermarket/ supermarket di Malaysia dengan luas outlet yang bervariasi, seperti hypermarket yang terdapat di Shah Alam dengan luas sekitar 350.000m2 hingga supermarket di Bangsar, Kuala Lumpur yaitu dengan luas area 11.000 m2. Selain di Malaysia, Giant juga membuka 6 store di Singapur dan 17 hypermarket di Indonesia. Giant hypermarket menawarkan berbagai pilihan produk lokal, seperti buah segar hasil produksi lokal, sayuran, dan aneka makanan laut yang terdapat di kawasan “wet market”.

Hypermarket Giant tidak hanya memberikan harga yang murah produk-produk di jualnya kepada masyarakat tetapi juga memberikan pilihan-pilihan dan koleksi produk yang beraneka ragam sehingga masyarakat senang melakukan kegiatan belanja di hypermarket giant.

Beberapa bentuk jaminan-jaminan dan layanan masyarakat gratis yang di berikan oleh hyperarket giant untuk memuaskan pelanggan.
1.Ada yang lebih murah di ganti 3 kali lipat
2. Tidak puas kembalikan saja
3. Harga kasir beda dengan harga rak ,Bayar yang termurah
4. Bebas biaya antar
5. Parkir gratis di beberapa lokasi gerai hypermart giat.

Pemain peringkat empat, Alfa, mulai beroperasi pada 1989 dan pada 2004 memiliki 35 supermarket dan hipermarket di seluruh Indonesia. Total nilai penjualan pada 2004 mencapai Rp3,3 triliun (PricewaterhouseCoopers 2004).

Terakhir, usaha ritel terbesar kelima adalah Superindo, yang mulai beroperasi pada 1997dan pada 2003 memiliki 38 supermarket. Superindo adalah perusahaan pribadi, dan Delhaize, sebuah perusahaan ritel Belgia, memiliki proporsi saham terbesar. Total nilai penjualan Superindo pada 2003 mencapai Rp985 miliar (PricewaterhouseCoopers 2003).

Praktik bisnis supermarket adalah Barang yang dijual supermarket relatif merupakan barang-barang bermutu tinggi, dengan harga pasti, harga yang bersaing, dan kadang-kadang ditawarkan diskon borongan. Telebih lagi, mereka menawarkan aneka pilihan pembayaran, mulai dari tunai dan kartu kredit hingga pendanaan untuk barang-barang yang lebih besar. Tempat pembelanjaan juga terang, bersih, dan memiliki fasilitas yang berfungsi dengan baik,seperti toilet dan tempat makan. Kunjungan ke kantor pusat supermarket mengungkap bahwa penyediaan barang dilakukan oleh bagian pembelian (merchandising) yang didasarkan atas perjanjian kontrak atau nonkontrak. Dalam kontrak tersebut harga dan jumlah barang dicantumkan sesuai perjanjian untuk dikirimkan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Barang-barang dalam kontrak ini umumnya berupa sayuran dan daging, yang harus memenuhi standar pengemasan dan harus lolos dari standar yang ditetapkan Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) Pemerintah Pusat. Barang-barang di bawah kontrak umumnya disediakan berdasarkan konsinyasi. Sebaliknya, perjanjian tanpa kontrak dilakukan melalui negosiasi berdasarkan kasus per kasus dan berlaku untuk semua produk. Selain itu, supermarket lazim mengenakan biaya memajang barang dan menentukan lamanya periode pembayaran.


Supermarket menerapkan strategi harga campuran dan strategi nonharga untuk menarik pelanggan dan untuk bersaing dengan para peritel lainnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berbagai strategi penetapan harga digunakan, seperti strategi penetapan harga batasan untuk menghambat masuknya pelaku bisnis baru; strategi pemangsaan melalui penetapan harga untuk menyaingi pelaku bisnis lainnya; dan diskriminasi harga antarwaktu—yang berarti bahwa mengenakan harga yang berbeda pada kesempatan yang berbeda, seperti memberikan diskon pada akhir pekan atau antara jam-jam tertentu. Selain itu, supermarket juga melakukan survei pada pasar tradisional untuk mendapatkan perkiraan tingkat harga pasar sehingga mereka akan menjualnya dengan harga bersaing. Terakhir, praktik subsidi silang kerap dilakukan, saat mereka mengalami kerugian atas sejumlah barang dagangan dalam rangka memenangkan persaingan.

Contoh-contoh strategi nonharga yang dipakai oleh supermarket adalah jam operasi yang lebih panjang, khususnya pada akhir pekan toko dibuka hingga larut malam, pembundelan dan pengikatan, di mana barang-barang berbundel dijual dengan lebih rendah dibanding jika dijual eceran atau terpisah; transpor umum gratis dan parkir gratis bagi pelanggan; dan strategi terpenting adalah gencarnya kampanye melalui iklan. Supermarket berada beberapa tingkat di atas pasar tradisional di hampir semua aspek kompetisi. Meskipun supermarket tidak menganggap pasar tradisional sebagai pesaing utamanya, seorang manajer supermarket yang diwawancarai mengingatkan bahwa pasar tradisional tidak akan mampu bertahan lebih lama jika pemda tidak berupaya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.

PERMASALAHAN PEMBUKAAN CABANG BARU SUPERMARKET GIANT DI SERPONG TOWN SQUERE

Persaingan yang ketat di industri retail (Mass Merchant, Retail Property), mulai membawa korban terutama di Jakarta. Tidak sedikit pemain yang menyingkir dari Jakarta, atau lempar handuk putih sekalian alias menyerah. Bagaimana dengan Serpong Town Square? udah beberapa minggu ini, jika anda sering melintas Jalan Tol Jakarta-Tangerang, anda akan melihat sign board Giant Hypermarket yang menyala lagi di Serpong Town Square.

Serpong Town Square atau yang lebih dikenal dengan Setos, sekarang ini mengalami hal yang menyedihkan. Di awal pembukaannya, Setos mempunyai Anchor Tenant seperti Giant Hypermarket, Electronic Solution. Tapi hal ini tidak berlangsung lama. Satu persatu tenant utama itu menutup outletnya di Setos lantaran sepi pengunjung. Meskipun konon keduanya tidak mengeluarkan uang sewa untuk kehadirannya di Setos.
Setos dijuluki Mall kuburan lantaran sepinya pengunjung. Apakah hal ini lantaran kalah bersaing dengan Carrefour Cikokol yang terletak tidak jauh dari sana? Tidak lama setelah Carrefour Cikokol hadir, Alfa Cikokol yang merupakan cabang terbesar Alfa pun tutup, dan akhirnya Alfa nya sendiri malah dibeli Carrefour.

Faktor lain, adalah tingkat persaingan yang semakin tinggi di sekitar kawasan itu. Jika kita perhatikan mulai dari pintu tol Tangerang hingga Serpong, sudah berdiri beberapa tempat belanja. Mulai dari WTC Matahari dengan Hypermart, Summarecon Mal Serpong dengan Fresh Marketnya, Makro, Giant, dst.

Selain itu, konon sepinya pengunjung Setos lantaran tidak ada Angkot yang ngetem di sekitar kawasan itu. Sebelumnya daerah yang dikenal sebagai tempat ngetemnya Angkot nyari penumpang. Dan situasi itu sekarang sudah tidak ada lagi.
Perlu usaha keras untuk menarik pengunjung ke Setos. Persaingan yang keras diantara pusat perbelanjaan yang lain, daya beli masyarakat yang masih diragukan terutama di daerah Tangerang dan sekitarnya, dan kombinasi tenant di Mall itu sendiri.
Dengan dibukanya kembali Giant di Setos, sebenarnya pertanda bahwa pengelola Setos pun berbuat sesuatu

Kesimpulan

Dairy Farm, yang merupakan induk perusahaan dari Giant dan Giant itu sendiri adalah pihak yang bertangung jawab atas kejadian tersebut. Karena Dairy Farm tidak dapat berkoordinasi dengan pihak manajemen Giant, dan Giant Setos yang pada dasarnya memiliki manajemen yang kurang baik.
Permasalahan utama yang dihadapi Giant Setos pada saat itu adalah:
Sepinya pengunjung yang datang ke mal tersebut. Faktor penting yang membuat suatu mal ramai adalah dukungan dari fasilitas transport umum yang berada atau melewati daerah tersebut, contoh Pluit Village (dulunya Mega Mall) dilewati oleh angkot B06, U10, dan Metromini 02, serta bajaj-bajaj dan taksi yang tersedia di Pluit Village. Namun hal yang terjadi di mal Setos, memang ada kendaraan umum yang lewat tapi mereka tidak mau ngetem lagi disana.
. Faktor selanjutnya disebabkan karena kurangnya dukungan dari pihak pengelola Setos untuk mempromosikan isi mal tersebut kepada masyarakat di sekitar kawasan Serpong. Kami ambil contoh lagi Pluit Village. Untuk menjadi Pluit Village, Mega Mall membutuhkan renovasi yang sangat lama, yaitu memakan waktu sekitar 2 tahun, dan itupun belum sepenuhnya renovasi tersebut selesai. Pada saat yang bersamaan, dibukalah Mal Pluit Junction dan Emporium yang jaraknya sangat berdekatan dari Pluit Village, yaitu hanya sekitar 500m. Waktu itu banyak masyarakat yang meyakini bahwa Pluit Village tidak akan mampu menyaingi mal tersebut, namun tidak demikian kenyataannya.
Kurang strategisnya letak Giant Setos dibandingkan tempat-tempat pembelanjaan lain di kawasan tersebut seperti Carrefour Cikokol dan Sumarecon Mal Serpong.
Kurang gencarnya promo-promo yang diadakan oleh pihak Giant di Setos dibandingkan Carrefour Cikokol.

Tujuan yang harus dicapai oleh Giant Hypermarket Setos dalam waktu singkat adalah meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke mal tersebut agar mencapai target yang mereka buat yaitu sekitar 80% dari 100% (8000 orang/ bulan selama 1 tahun pertama)

Dengan tercapainya tujuan utama tersebut, diharapkan bahwa perusahaan tersebut dapat meningkatkan profitnya sebesar 20% dari total BEP (Break Even Point) di tahun pertama.
Upaya upaya yang harus di lakukan :

Me-manage pembukuan antara pemasukan, pengeluaran, dan profit dengan seefektif mungkin, sehingga dapat menekan harga jual produk sampai seekonomis mungkin. Selain itu juga menggunakan pegawai dalam jumlah yang secukupnya sehingga tidak terjadi pemborosan uang untuk hal-hal yang sifatnya berlebihan.

Menyediakan halte-halte di sekitar mal Setos, dimana angkutan umum dapat ngetem atau menurunkan penumpang tanpa mengganggu kelancaran arus lalu lintas di daerah tersebut, sehingga lebih memudahkan orang-orang untuk dapat berbelanja di Giant yang terletak di Setos. Selain itu bisa juga didukung pihak pengelola mal dengan disediakannya shuttle bus menuju mal Setos, seperti yang dapat kita lihat pada pusat-pusat perbelanjaan seperti Citraland dan WTC Mangga Dua.
Meminta dukungan promosi dari pihak Mal Setos. Contohnya adalah dengan membuat handbook-handbook kecil yang berisi promosi-promosi yang sedang diadakan di took-toko dalam mal tersebut, dimana handbook tersebut terbit setiap bulannya dan dibagikan gratis ke rumah-rumah di sekitar kawasan Serpong. Selain itu pihak mal Sentos juga dapat meningkatkan jumlah pengunjung dengan mengadakan event-event khusus di mal tersebut, misalnya mengadakan ajang pencarian bakat atau lomba nyanyi, atau mungkin dengan mendatangkan artis.
Membagikan katalog produk Giant Setos ke rumah-rumah di kawasan Serpong, dengan begitu kami meyakini jumlah pengunjung di mal Setos tersebut akan meningkat, sehingga tidak perlu lagi ada pergantian usaha-usaha retail di mal Setos tersebut.
Alternatif Lain

Langkah alternative yang dapat diambil oleh pihak Giant adalah dengan :
1. Memindahkan Giant Hypermarket ke lokasi lain yang lebih strategis dibandingkan di lokasi Mal Setos.
2. Menyediakan tempat penitipan dan bermain anak di Giant Setos sehingga para ibu dan ayah dapat berbelanja dengan tenang.
3. Menyediakan jasa delivery produk di kawasan Serpong dengan biaya charge yang murah.

DAFTAR PUSTAKA
http://kolumnis.com/2008/07/05/peritel-kecil-mati-berdiri/
http://umum.kompasiana.com/2009/09/06/pedagang-kecil-mati-berdiri/
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=588317&page=13
http://swa.co.id/2006/07/di-balik-langkah-ekspansif-hypermart/
http://portal.pi-umkm.net/portal.php?mod=opini&act=View&id=19
http://william-portfolio.blogspot.com/2009/10/analisis-kelayakan-pembukaan cabang.html
http://hildalexander.wordpress.com/2007/12/21/bertahan-di-tengah-kelesuan/
http://qnoyzone.blogdetik.com/index.php/2009/09/06/opini-pasar-tradisional-tergilas-krn-takdir-zaman/
http://rodhiah.wordpress.com/2010/01/24/pengenalan-ritel/

0 komentar:

Posting Komentar